Sabtu, 07 Maret 2009

Sabtu, 07 Maret 2009

CAN A CLONING DO IN HUMAN....???

Pada mulanya adalah biri-biri yang bernama Dolly, hasil teknik cloning yang dilakukan oleh pakar rekayasa genetika Ian Wilmut di Inggris. Dan sekarang sudah ada kambing, tikus dan sapi yang lahir dengan teknik cloning, yang menjiplak blueprint sel donornya. Makhluk baru yang dilahirkan dengan cara itu sama persis atau identik dengan karakteristik donornya.

Cloning adalah cara menciptakan makhluk hidup baru tanpa menggunakan sperma jantan dan telur betina, seperti yang biasanya terjadi secara alamiah.

Dalam kasus Dolly tadi, diambil sebuah inti sel yang berisi DNA dari biri-biri yang akan di clone, kemudian disuntikkan ke dalam telur biri-biri betina, yang intinya sudah dibuang. Telur yang intinya diganti tadi, diberi kejutan listrik untuk memulai proses pertumbuhannya menjadi embrio.

Setelah terjadi proses pembelahan sel yang dianggap cukup, embrio ditanamkan kembali kedalam rahim biri-biri betina, dimana embrio itu tumbuh dan kemudian lahir. Biri-biri yang diberi nama Dolly itu fisiknya sama persis dengan biri-biri donor, karena dia bukan merupakan campuran DNA donor dan DNA biri-biri betina yang melahirkannya.

Karena sukses yang diperoleh dalam teknologi cloning hewan menyusui sudah cukup maju, sekarang hanya soal waktu saja, sebelum halaman-halaman depan suratkabar melaporkan lahirnya bayi manusia hasil cloning. Atau, mungkin sudah ada bayi manusia seperti itu yang dilahirkan, tapi tidak atau belum diumumkan karena para dokter yang membuatnya tidak mau mendapat dampratan dari sebagian orang yang mengatakan cara pembuatan manusia seperti itu melawan kodrat alam.

Dr Panos Zavos, direktur Lembaga Andrologi Amerika di negara bagian Kentucky, dan istrinya, seorang dokter kandungan, telah membantu ribuan pasangan mendapatkan keturunan lewat teknologi bayi tabung, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut "in vitro fertilization".

Dalam proses ini, sperma sang suami dicampur dengan telur sang istri "in vitro" atau dalam tabung kaca, dan setelah tumbuh menjadi embrio, ditanamkan kembali ke dalam rahim sang istri atau perempuan lain yang disebut "ibu tumpang". Bayi yang lahir secara biologis adalah anak pasangan suami-istri tadi, walaupun dia dilahirkan dari rahim perempuan lain.

Kata dr Zavos, teknik cloning sebetulnya tidak banyak beda dengan teknik pembuatan "bayi tabung". Tapi apakah teknologi ini sudah cukup aman untuk dipraktekkan pada manusia? Dalam kasus cloning yang pertama, telah diadakan 277 kali percobaan yang gagal, sebelum akhirnya lahir Dolly sang biri-biri yang sehat dan lucu. Diantara proses yang gagal itu terdapat sejumlah pertumbuhan yang tidak normal, sehingga harus dimusnahkan.

Tapi bagaimana kalau yang di clone itu manusia, dan terjadi kelainan dalam pertumbuhan embrionya? Kalau harus dimusnahkan, sebagian orang mengatakan, itu pembunuhan.

Tahun 1997, Presiden Clinton melarang penggunaan dana pemerintah federal untuk riset cloning manusia. "Meng-clone manusia adalah suatu praktek yang berbahaya bagi calon bayi yang akan dilahirkan, dan tidak bisa diterima oleh masyarakat." Katanya. Tapi masyarakat yang mana?

Dr Zavos mengakui bahwa teknologi cloning yang ada sekarang belum sempurna 100 persen, tapi katanya, "ini adalah ongkos yang harus kita bayar untuk mengembangkan teknologi baru."

Siapa yang akan mendapat keuntungan dari cloning manusia? Mereka adalah orang-orang yang ingin punya keturunan, tapi karena satu dan lain hal tidak bisa mendapat anak dengan cara yang biasa. Memungut anak adalah satu solusi, tapi anak itu secara biologis adalah anak orang lain. Dengan cloning, bisa dipastikan sang anak secara biologis berasal dari ayah atau ibunya, yaitu orang yang menyumbangkan sel DNA-nya.

Dalam waktu dekat ini, dr Zavos dan sebuah tim dokter internasional akan mengadakan pertemuan di Roma untuk menyusun garis besar dan petunjuk untuk meng-clone manusia. Ini adalah langkah pertama, sebelum cloning manusia yang sesungguhnya dilakukan di sebuah negara yang belum disebut namanya. Tim dokter internasional tadi, kata dr Zavos, akan memilih pasangan-pasangan sukarelawan yang ingin mendapat keturunan.

Kalau nantinya manusia hasil cloning sudah lahir, apakah dia akan sama persis dengan donornya? Secara fisik, ya, tapi cara berpikir dan tingkah laku, serta keahliannya akan tergantung dari pendidikan dan pengalaman yang didapatnya ketika dia tumbuh dari bayi mungil sampai menjadi orang dewasa.


0 komentar:

Posting Komentar

 
tyrant_rex ◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates